Sabtu, Desember 13, 2008

Kesederhanaan Sebuah Kebahagiaan

Dari jam mahal ditangannya sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi, sementarasudah hampir 10 menit mobil sama sekali tidak bergerak dan didepannya antrean mobil sedemikian panjang. Dari mobil mewah seri terbarunya Pak Hartawan,seorang yang sangat kaya nampak gelisah. Sesekali badannya ditegakkan dan melongok ke depan. Sopir pribadinya pun mengamati dari spion tengah tentang kegelisahan sang Majikan.

Dari sudut kanan depan tiba-tiba datang seorang wanita dengan pakaian sangat kumal.. Wanita itu tidak memiliki tangan, sementara di pundaknya digantungkan sebuah tas untuk tempat recehan sedekah dari pengendara mobil.

"Jangan dikasih Man!, nanti kebiasaan", perintah Pak Hartawan Kepada Pardiman sopirnya.Sopirnyapun pura-pura cuek dan sibuk mengetuk-ngetuk setir, Sambil sesekali melirik dari sudut matanya. 3 Menit berlalu namun pengemis wanita itu tetap berdiri disamping mobil seakan-akan memang sangat berhasrat untuk mendapatkan sedekah.

"Ah dasar pemalas !, ya udah Man kasih aja recehan, biar cepet pergi!"sekali lagi Pak Hartawan memberikan perintah sambil memainkan gadget terbarunya."Nggak ada recehan Pak", jawab Pardiman."Ya sudah, kasih aja uang pecahan yang paling kecil", jawab Pak Hartawan.Akhirnya Pardiman mengambil satu lembar lima puluh ribuan yang merupakanpecahan terkecil di kotak uang dibawah tombol AC.

Mendapatkan sedekah lima puluh ribu rupiah, pengemis wanita inikegirangan, bukan main bahagianya, bahkan saking senangnya sampai lupaberterima kasih.


"Lihat tuh Man, dasar orang tak tahu diri sudah dikasih malah nggakbilang terima kasih. Bagaimana bisa menjadi orang bahagia kalau nggakpernah menghargai pemberian orang lain".
Jalanan masih saja macet dan sudah lebih dari satu jam.

Di samping kanan badan jalan, Pak Hartawan melihat pengemis wanita tadi sedang makan dengan lahap bersama 4 orang anak kecil. Wajahnya menampakkan gurat kebahagiaan yang tiada tara , sesekali dia melempar senyum senang sambilmenatapi mobil yang sedang macet. Pak Hartawan melihat dengan mata nanar.

"Betapa bahagianya pengemis itu, hanya dengan lima puluh ribu rupiah dia bisa makan dan mungkin mentraktir 4 orang anaknya sambil tertawa dengan bahagia.". Pak Hartawan melihat wajahnya sendiri di kaca spion tengah mobilnya.

"Apa kurangnya aku ini, aku berada dalam mobil mewah, tidak kepanasan..Di dompetku ada uang, ada ATM dengan saldo milyaran. Aku punya hartayang berlimpah ruah. Tapi sudah satu jam ini aku gelisah luar biasa,tidak ada satu hal kebahagiaanpun yang aku nikmati".

Dilihatnya Pardiman yang sudah mulai terkantuk-kantuk namun tetapbersiul-siul kecil menyenandungkan lagu dangdut kesukaannya. "Betapa mudah mereka untuk bahagia".

Dari sudut di ruang hatinya terdengar bisikan "Ternyata bahagia tidak ada kaitannya dengan kepemilikan. Mungkinbahagia adalah bagaimana kita memandang sesuatu dan belajar mensyukuriterhadap apa yang kita dapatkan dan menikmatinya"Pak Hartawan tersenyum seakan menemukan sebuah kebahagiaan yangsederhana. Dibukanya pintu kaca mobil dan berteriak memanggil si pengemis wanita.

Setelah pengemis itu dekat dengan pintu mobil, Pak Hartawan mengambildompet dan mengambil 5 lembar ratusan ribu, dia ingin melihatkebahagiaan yang lebih besar. Diulurkan uang 5 lembar kepada sang pengemis. Pengemis itu justru mundur satu langkah dan berkata,"Maaf Pak, kami sudah kenyang!".Selesai berujar pengemis itu pergi dan tidak menerima pemberian Pak Hartawan, dan dia melanjutkan kembali bercanda di seberang jalan dengan 4 orang anaknya. Membiarkan Pak Hartawan terbengong-bengong menyaksikan kesederhanaan sebuah kebahagiaan.